Jan 1, 2013

Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah

ALLAH SWT : " Dia (ALLAH SWT) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari 1 segi maupun semua segi), dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya". (Q.S. as Syura: 11).

Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam Al Qur'an yang menjelaskan bahwa ALLAH SWT sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama ASWAJA menyatakan bahwa alam (makhluk ALLAH SWT) terbagi atas dua bagian; yaitu benda dan sifat-sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi 2, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil (para Ulama menyebutnya dengan al Jawhar al Fard) dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian2 (jism). Benda yg terakhir ini terbagi menjadi 2 macam:

1. Benda Lathief : Sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan selainnya.
2. Benda Katsif : Sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti, manusia, tanah benda-benda padat dan lain sebagainya.
Adapun sifat-sifat benda adalah : Bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada disuatu tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa ALLAH SWT tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al Jawhar al Fard, juga bukan benda Katsif. Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa ALLAH SWT ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH, maka akan benyak yg serupa dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti Ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka Ia adalah makhluk yg membutuhkan kepada yg menjadikannya dalam dimensi tersebut.

Rasulullah SAW bersabda yang maknanya: " ALLAH SWT ada pada azal (keberadan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatu pun selain-Nya". (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud).
Makna Hadits ini bahwa ALLAH SWT ada pada azal (keberadan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, 'Arsy, langit, manusia, jin, malaikat, setan, waktu, tempat dan arah. Maka berarti ALLAH SWT ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kpd keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (sifat-sifat makhluk).

Al Imam Abu Hanifah dalam kitabnya al Fiqh al Absath berkata: "ALLAH SWT ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada tempat, Dia ada sebelum menciptakan makhuk, Dia ada dan belum ada tempat makhluk dan sesuatu dan Dia pencipta segala sesuatu".
Al Imam Fakhrudin ibn 'Asakir (W.620 H) dalam risalahnya berkata: "ALLAH SWT ada sebelum dan sesudah, atas dan bawah, kanan dan kiri, depan dan belakang, keseluruhan dan bagian-2, tidak boleh dikatakan "KAPAN ADA-NYA...?". DIMANA DIA..?" atau BGAIMANA DIA..?". Dia ada tanpa tempat".
Maka sebagimana dapat diterima oleh akal, adanya ALLAHS SWT tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima WUJUD-NYA tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian adanya ALLAH SWT.

Al Imam al Bayhaqi (W.458 H) dalam kitabnya al 'Asma wa ash Shifat, hal.506, mengatakan: "Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi ALLAH SWT megambil dalil dari sabda RasuluLLAH SAW yang maknanya: Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu dia atas-Mu dan Engkaulah al Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu dibawah-Mu" (H.R.Muslim dan lainnya)

Jika tidak ada sesuatu diatas-Nya dan tidak ada sesuatu dibawah-Nya berarti Dia tidak bertempat".

HADITS JARIYAH
Sedangkan salah 1 riwayat Hadits Jariyah yang zhahirnya memberi persangkaan bahwa ALLAH SWT ada dilangit, maka hadits tersebut tidak boleh diambil secara zhohirnya, tetapi harus ditakwil dengan makna yang sesuai dengan sifat-sifat ALLAH SWT, jadi maknanya adalah Dzat yang sangat tinggi derajat-Nya sebagaimana dikatakan oleh Ulama ASWAJA, diantaranya adalah al Imam an Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim.

Al Imam Malik dan al Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya salah seorang sahabat Anshar datang kepada Rasulallah SAW dengan membawa seorang hamba sahaya berkulit hitam, dan berkata: "Wahai Rasulallah SAW sesungguhnya saya mempunyai kewajiban memerdekakan seorang hamba sahaya yang mukmin, jika engkau mengatakan bahwa hamba sahaya ini mukminah maka aku akan memerdekakannya, kemudian RasuluLLAH SAW berkata kepadanya: Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali ALLAH SWT? Ia (budak) menjawab: "Ya", Rasulullah SAW berkata kepadanya: Apakah engkau beriman terhadap saya adalah Rasul (utusan) ALLAH SWT? ia menjawab: "Ya", kemudian Rasulullah SAW berkata Apakah engkau beriman terhadap hari kebangkitan setelah kematian? ia menjawab: "Ya", kemudian RasuluLLAH SAW berkata: Merdekakanlah dia".

Al Hafizh al Haytsami (W. 907 H) dalam kitabnya Majma' az-Zawa-id Juz I, hal. 23 mengatakan: "Hadits ini meriwayatkan Oleh Imam Ahmad dan perawi-2nya adl perawi-2 shahih. Riwayat yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan dasar ajaran Islam, karen diantara dasar-dasar Islam bahwa orang yang hendak masuk Islam maka ia harus mengucapkan 2 kalimat Syahadat, bukan yg lain.

TIDAK BOLEH DIKATAKAN ALLAH SWT ADA DI ATAS 'ARSY ATAU ADA DIMANA-MANA

Senada dengan Hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhari diatas perkataan Sayyidina 'Ali ibn Abi Thalib -semoga ALLAH SWT meridloinya- berkata yang maknanya: "ALLAH SWT ada (pd Azal) dan belum ada tempat dan Dia (ALLAH SWT) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat" (Dituturkan oleh al Imam Abu Manshur al Baghdadi dlm kitabnya al Farq bayna al Firaq h. 333)

Karenanya TIDAK BOLEH DIKATAKAN ALLAH SWT ADA DI SATU TEMPAT ATAU ADA DIMANA-MANA, juga tidak boleh dikatakan ALLAH SWT ada di satu arah atau semua arah penjuru, Syeikh Abdul Wahhab asy-Sya'rani (W. 973 H) dalam kitabnya al Yawaqit Wa al Jawaahir menukil perkataan Syeikh Ali al Khawwash: "Tidak boleh dikatakan bahwa ALLAH SWT ada dimana-mana". AQIDAH YANG MESTI DIYAKINI BAHWA ALLAH SWT ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH.

al Imam 'Ali -semoga ALLAH SWT meridloinya- mengatakan yg maknanya: "Sesungguhnya ALLAH SWT menciptakan 'Arsy (makhluk ALLAH SWT yang paling besar) untuk menampakkan kekuasaan-Nya bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya" (Diriwayatkan oleh Abu Manshur al Baghdadi dlm kitabnya al Farq Bayna al Firaq, h. 333).

Sayyidina 'Ali -semoga ALLAH SWT meridloinya- juga mengatakan yang maknanya: "Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya dimana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-2 makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana" (Diriwayatkan oleh Abu al Muzhaffar al Asyfarayini dlm kitabnya at Tabshir fi ad Din, hal. 98).

Ali Nurman

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.